Alhamdulillah diberi kesempatan kembali utk menonton bareng keluarga, kali ini yg jd subyek tontonan kami : "Sang Pencerah". Alhamdulillah, kembali lg di berikan ilmu dr sisi lain, yaitu sisi lain yg mrupakan karya Hanung Bramantyo.
Awalnya mau nonton 10/09/10, tapi niat tinggal niat karena harus bertemu dengan hujan lebat, pending deh...!
Akhirnya kesampean juga, hari ini setelah silaturahim, kita berangkat ke Botani untuk nonton. Kali ini personilnya juga lengkap: saya, mamah, adik dan Aay.
Sinopsis filmnya:
Jogjakarta 1867 -1912:
Sepulang dari Mekah, Darwis muda (Ihsan Taroreh) mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah Bid’ah /sesat. Melalui Langgar / Surau nya Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) sehingga surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan juga di tuduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.
Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman. (dapet dari sini)
Hikmah yang didapat:
Subhanallah! Sungguh mulia pendahulu-pendahulu salaf, mereka harus bersusah payah mempertahankan kebenaran Islam meskipun itu perselisihan internal sekalipun. Dari pembetulan arah kiblat, pengkultusan ayat-ayat Al-Quran (walo sampai sekarang pun masih terjadi), simbolisasi pengkafiran, tradisi mistis dan musyrik dalam Islam, sampai dengan arogansi para petinggi alias "kyai".
Diperlukan ketegaran, kesabaran, ketekunan, keyakinan, keikhlasan, keilmuan Islam maupun wawasan keilmuan yang bersifat duniawi untuk mencapai apa yang Kyai Haji Ahmad Dahlan inginkan. Proses panjang yang penuh lika-liku hambatan tak menepis keyakinan dan semangat beliau untuk terus bersyiar dalam Islam, melalui ibadah, pendidikan dan aktivitas sosial.
Syiar beliau ini sungguh patut ditiru. Syiar Islam tidak melulu harus dalam bentukan formal di langgar, mesjid besar atau majelis. Tetapi komprehensif melalui bentuk apapun dalam sendi-sendi kehidupan kita. Karena Islam merupakan agama yang mengandung keindahan, menentramkan, mencerahkan jiwa, jawaban dari semua persoalan hidup, tidak mempersulit, jika kita memang memahami aturan-aturannya.
2 silaturahim:
Saya belom nonton T.T
ayooo... nontonn!!!
Post a Comment